Internet Lancar, Nelayan Kini Lebih Gencar Tangkap Sotong

Internet Lancar – Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam laut yang melimpah. Salah satu wilayah yang mencerminkan potensi ini adalah Kabupaten Kepulauan Anambas di Kepulauan Riau. Terdiri dari 255 pulau, dengan 26 di antaranya berpenghuni, Kepulauan Anambas memiliki bentang geografis yang didominasi oleh perairan, yaitu sekitar 98% dari total wilayahnya. Tidak heran jika mayoritas penduduk di kawasan ini menggantungkan hidup sebagai nelayan.

Namun, kehidupan nelayan di Anambas kini telah mengalami transformasi berkat kemajuan teknologi. Di Desa Genting Pulur, Kecamatan Jemaja Timur, kehadiran akses internet mulai dirasakan manfaatnya oleh para nelayan. Dengan memanfaatkan teknologi ini, mereka tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas, tetapi juga lebih efektif dalam menjalankan aktivitas melaut.

Akses internet memungkinkan nelayan untuk memantau kondisi cuaca secara real-time, mendapatkan informasi lokasi potensial untuk menangkap ikan dan sotong, hingga menjual hasil tangkapan mereka dengan lebih cepat melalui platform digital. Perubahan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga mengurangi risiko dan ketidakpastian saat bekerja di tengah laut.

Kepulauan Anambas menjadi contoh nyata bagaimana konektivitas digital dapat membawa perubahan positif bagi komunitas maritim, memperkuat potensi lokal, dan mendukung keberlanjutan ekonomi berbasis kelautan.

Akses Internet USO: Genting Pulur Semakin Terkoneksi

Desa Genting Pulur di Kecamatan Jemaja Timur, Kabupaten Kepulauan Anambas, menjadi salah satu wilayah yang merasakan dampak positif dari program Universal Service Obligation (USO). Program yang dikelola oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), di bawah Kementerian Komunikasi dan Digital RI (Komdigi), berfokus pada penyediaan akses telekomunikasi di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal.

Melalui program ini, sebuah tower BTS 4G dibangun di Desa Genting Pulur, memberikan akses internet yang lebih baik bagi masyarakat setempat. Tower tersebut dioperasikan oleh penyedia layanan seluler XL Axiata, memastikan koneksi yang lebih cepat dan andal bagi para penduduk, khususnya nelayan yang menjadi tulang punggung ekonomi desa.

Kehadiran internet 4G melalui program USO ini memungkinkan penduduk Genting Pulur untuk lebih terhubung dengan dunia luar, membuka peluang baru dalam produktivitas, terutama di sektor perikanan. Para nelayan kini dapat memanfaatkan teknologi untuk memantau kondisi cuaca, menjual hasil tangkapan secara online, hingga meningkatkan efisiensi kerja mereka.

Program ini menjadi bukti nyata bahwa pemerataan akses digital dapat menjadi katalisator penting bagi pengembangan ekonomi lokal di daerah maritim seperti Kepulauan Anambas. Dengan adanya konektivitas, desa-desa terpencil seperti Genting Pulur dapat meraih peluang yang sebelumnya sulit dijangkau.

Internet BAKTI Membantu Nelayan Genting Pulur

Program BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) yang menghadirkan akses internet di Desa Genting Pulur telah membawa manfaat besar bagi para nelayan. Tidak hanya mempermudah komunikasi, koneksi internet juga memberikan peluang baru bagi mereka untuk memperoleh informasi yang relevan dengan aktivitas melaut.

Tabli Aliama (46), seorang nelayan dari Desa Ulu Maras, mengungkapkan bahwa internet menjadi alat penting untuk menunjang pekerjaan mereka di bidang perikanan. “BAKTI (internet) untuk para nelayan untuk mendapatkan informasi, khususnya di bidang nelayan dan perikanan lah. Yang mencari informasi bagaimana cara-cara penangkapan ikan, sotong, dan yang lainnya,” ujarnya kepada detikcom.

Dengan internet, nelayan seperti Tabli dapat mempelajari teknik penangkapan yang lebih efektif, memahami pola migrasi ikan dan sotong, hingga memanfaatkan teknologi navigasi untuk meningkatkan hasil tangkapan. Selain itu, akses informasi ini juga membantu mereka lebih siap menghadapi tantangan di laut, seperti kondisi cuaca ekstrem yang sering kali menjadi kendala.

Hadirnya program ini menjadi bukti bagaimana teknologi digital dapat mendukung profesi tradisional seperti nelayan, membawa inovasi ke dalam rutinitas mereka, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Internet bukan hanya mempermudah pekerjaan, tetapi juga membuka pintu untuk eksplorasi potensi lokal yang lebih besar.

Kelompok Nelayan Desa Ulu Maras: Mengoptimalkan Internet untuk Ekonomi Lokal

Tabli Aliama dan nelayan lainnya di Desa Ulu Maras tidak hanya memanfaatkan internet untuk aktivitas melaut, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas mereka. Melalui inisiatif bersama, mereka mendirikan Kelompok Nelayan Desa Ulu Maras sebagai wadah untuk mencari solusi guna meningkatkan ekonomi para nelayan.

Menurut Tabli, internet telah memberikan fungsi strategis bagi kelompok nelayan, terutama dalam memasarkan hasil tangkapan mereka. “Kalau menurut saya, internet ada fungsi bagi kelompok nelayan. Fungsinya untuk, misalnya, kita mau memasarkan ikan kepada masyarakat,” ungkap Tabli.

Dengan adanya akses internet, kelompok nelayan kini dapat menjangkau pembeli secara lebih luas, baik di wilayah sekitar maupun melalui platform digital. Cara ini membantu mereka memotong jalur distribusi yang biasanya memakan biaya tinggi, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar.

Selain itu, kelompok ini juga menggunakan internet untuk mempelajari strategi pemasaran dan mencari informasi terkait harga pasar, memastikan hasil tangkapan mereka dihargai secara adil. Inisiatif seperti ini tidak hanya meningkatkan pendapatan individu, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal secara kolektif.

Langkah yang diambil oleh Kelompok Nelayan Desa Ulu Maras menjadi contoh nyata bagaimana komunitas tradisional dapat beradaptasi dengan teknologi modern untuk menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan.

Internet Membantu Nelayan dalam Kehidupan Sehari-hari

Selain untuk mencari informasi dan memasarkan ikan, internet juga menjadi sarana penting bagi para nelayan Desa Ulu Maras untuk menghubungi keluarga atau sesama nelayan di luar daerah. Sebelum adanya program BAKTI, Tabli Aliama dan rekan-rekannya kerap harus menumpang internet di fasilitas seperti SMK atau SMP terdekat.

“Sejak ada BAKTI, saya dan para nelayan tidak perlu lagi menumpang internet ke luar,” ujar Tabli.

Tabli berharap jaringan internet dari program BAKTI terus berkembang, bahkan menjangkau daerah pelosok yang masih masuk kategori blank spot. Menurutnya, dengan konektivitas yang lebih luas, para nelayan dapat saling berkomunikasi dengan lebih mudah, mendukung keselamatan dan kolaborasi mereka di laut.

Jual Hasil Tangkapan Lewat WhatsApp

Internet juga membantu Tabli memasarkan hasil tangkapannya, seperti sotong, ikan tenggiri, dan ikan pari. Dengan memanfaatkan aplikasi seperti WhatsApp, ia dapat menjual hasil tangkapannya lebih cepat kepada pengepul atau pembeli langsung.

“Harga sotong di sini, 1 kg yang besarnya Rp 60 ribu, yang kecil Rp 35 ribu. Kalau ikan tenggiri itu saya jual Rp 65 ribu sekilo,” ceritanya.

Namun, Tabli mengakui bahwa pendapatannya sangat bergantung pada kondisi cuaca. Ketika cuaca baik, ia bisa mendapatkan hasil tangkapan yang cukup besar, dengan pendapatan hingga Rp 800 ribu per hari. Namun, di hari-hari yang kurang beruntung, hasilnya bisa jauh lebih sedikit, terkadang hanya dua atau tiga ekor ikan saja.

“Kadang nggak dapat juga. Dapat dua ekor, tiga ekor saja,” tambahnya.

Harapan untuk Masa Depan

Dengan adanya akses internet yang lebih merata, Tabli dan para nelayan lainnya berharap dapat terus meningkatkan produktivitas mereka, baik dalam menangkap ikan maupun memasarkan hasil tangkapannya. Program seperti BAKTI tidak hanya memberikan akses teknologi, tetapi juga membuka peluang bagi nelayan untuk mengatasi tantangan dalam pekerjaan sehari-hari mereka.

Promosi Hasil Tangkapan Melalui WhatsApp Stories

Ketika mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak, Tabli memanfaatkan media sosial untuk menjualnya. Dengan bantuan sang istri, hasil tangkapan seperti sotong dan ikan dipromosikan melalui WhatsApp Stories, menjangkau tetangga dan teman-teman yang menjadi pelanggan setia.

“Hasil tangkapan saya, sebagian dijual istri lewat WhatsApp. Kepada teman-temannya,” ungkap Tabli.

Langkah ini tidak hanya mempermudah proses penjualan tetapi juga meningkatkan pendapatan keluarga, terutama ketika hasil tangkapan melimpah.

Dulu Gunakan Internet untuk Usaha Bengkel Motor

Sebelum sepenuhnya bergantung pada melaut, Tabli pernah menjalankan usaha bengkel motor, yang juga didukung oleh akses internet. Melalui platform online, ia memesan barang atau suku cadang yang dibutuhkan untuk usahanya, bahkan membeli bahan dari e-commerce seperti Shopee untuk dijual kembali.

“Lewat internet ini yang mungkin dulu pernah usaha. Beli barang lewat Shopee, dan pesan barang yang ingin kita jual lagi,” tutur Tabli.

Namun, karena kondisi kesehatannya yang memburuk, Tabli terpaksa menutup usaha bengkelnya. Ketidakmampuan untuk membayar karyawan dan mengelola bisnis membuatnya beralih sepenuhnya ke pekerjaan sebagai nelayan.

“Kemarin kebetulan saya terkena musibah sakit. Beralih pekerjaan karena saya nggak mampu bayar anak buah lagi. Nggak bisa mengembangkan usaha lagi,” lanjutnya.

Internet Membantu Adaptasi Kehidupan

Meski harus meninggalkan usahanya yang terdahulu, Tabli tetap memanfaatkan internet untuk mendukung pekerjaannya sebagai nelayan dan menjual hasil tangkapan. Internet menjadi jembatan bagi Tabli untuk tetap produktif, beradaptasi dengan kondisi, dan melanjutkan perjuangannya demi menghidupi keluarga.

BAKTI Komdigi: Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah 3T

BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) di bawah Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus berupaya meratakan akses telekomunikasi dan informasi, terutama di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Langkah ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan digital yang kerap menjadi tantangan bagi masyarakat di daerah tersebut.

“Tujuan utama BAKTI Komdigi hadir bersama program-programnya di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, khususnya di Kepulauan Anambas, adalah untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di masyarakat Kepulauan Anambas,” jelas Erdita Sianipar, Staf Hubungan Masyarakat BAKTI Komdigi.

Indonesia, dengan tantangan geografisnya yang unik, menghadapi kesulitan dalam menyediakan akses digital merata di berbagai wilayah. Banyak daerah terpencil, seperti di Kepulauan Anambas, yang mengalami keterbatasan infrastruktur telekomunikasi. Kehadiran program BAKTI bertujuan untuk menjembatani kesenjangan ini, sekaligus membuka peluang baru bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian melalui akses internet.

Sebagai bagian dari inisiatifnya, detikcom bersama BAKTI Komdigi menggelar program Tapal Batas. Program ini bertujuan mengulas perkembangan di wilayah 3T, mencakup aspek ekonomi, wisata, infrastruktur, dan pemerataan akses internet. Dengan akses digital yang lebih baik, wilayah-wilayah ini diharapkan dapat terhubung dengan dunia luar, mendukung kemajuan ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Ikuti berita terkini dan inspirasi dari program Tapal Batas di tapalbatas.detik.com, untuk mengetahui lebih banyak tentang perkembangan di wilayah 3T serta dampak positif dari program BAKTI di seluruh Indonesia!

 

Baca juga berita teknologi terupdate

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *